Operasi Northwoods

Tuesday, November 22, 2011


TAHUN 1962 elite pemerintah Amerika Serikat (AS) berniat menginvasi negara komunis Kuba lewat serangan Teluk Babi. Presiden John F. Kennedy merasa keberatan akan rencana itu. Ia berpendapat, operasi militer bisa menimbulkan masalah dan bukan hal gampang. Namun, sebagaimana diungkap James Bamford dan Peter Jennings dalam buku Body of Secret dan dikutip Republika, bagi Kepala Staf Gabungan, Laksamana Lyman Lemnitzer, menyerang Kuba bukan masalah sulit.

Maka, dibuatlah skenario dan rekayasa, agar militer AS mendapat pembenaran menyerang Kuba, dan disusun pula trik dan intrik untuk membentuk opini publik bahwa AS memang pantas menyerang Kuba. “Kita dapat meledakkan kapal selam AS di Teluk Guantanamo Bay dan menghajar Kuba, sekaligus dengan mengarahkan media massa untuk melecut harga diri bangsa. Kapal diledakkan sedemikian rupa hingga seolah-olah itu dilakukan oleh teroris Kuba,” gagas Lemnitzer. “Pada saat yang sama, kita dapat mengembangkan kampanye teror ala Komunis Kuba di wilayah Miami, kota-kota Florida, bahkan di Washington.”

Ada juga usulan membuat duplikasi pesawat sipil reguler. Pesawat disiapkan untuk mengangkut penumpang kemudian dikonversi menjadi satu drone (pesawat tak berawak) yang dikendalikan dari jarak jauh untuk kemudian dihancurkan dengan pemicu menggunakan sinyal radio. Begitu ledakan terjadi, yang tertuduh adalah teroris Kuba. ”Selanjutnya, Kuba tinggal dibakar,” jelas Lemnitzer mantap. Gagasan Lemnitzer gagal dilaksanakan karena Presiden Kennedy tetap tidak setuju ada invasi ke Kuba.

Gagasan atau “akal busuk” Lemnitzer dikenal dengan nama Operasi Northwoods. Tegasnya, Operasi Northwoods adalah aksi-aksi rekayasa untuk mendapatkan pembenaran sebuah aksi.

Lemnitzer gagal melakukan rencananya. Namun sebelumnya, aksi-aksi rekayasa sukses dilaksanakan intelijen AS dan Israel. Untuk mengundang intervensi AS dan Inggris, agen Mossad meledakkan Kedutaan Besar AS dan fasilitas militer asing di Kairo Mesir (1956). Tuduhan dialamatkan kepada orang Arab. Akibatnya, AS-Inggris-Israel bersatu menggempur pasukan Arab.

Konon, intelijen AS berada di belakang aksi invasi Irak ke Kuwait (1990), agar militer AS melenggang masuk ke kawasan Teluk dan “menjajah” negara-negara kaya minyak itu.

Tentu saja, Operasi Northwoods bisa berlaku dalam Tragedi WTC (2001). Ada dugaan kuat di kalangan dunia Islam, serangan terhadap Gedung WTC adalah rekayasa Mossad-CIA agar AS leluasa membasmi Taliban dan kekuatan-kekuatan Islam yang dianggap ancaman masa depan kepentingan Washington. Usamah bin Ladin dan Al-Qaidah “dimunculkan” sebagai ikon terorisme internasional. Kalaupun benar Al-Qaidah pelakunya, maka itu bisa atas “restu” CIA demi kepentingan jangka panjang dan menumpas “the green menace” (Islam).

Operasi Northwoods pun bisa terjadi dalam serangkaian kasus teror bom di Indonesia. Sebagai contoh, kasus bom di Legian Bali (2002). Sulit rasanya untuk tidak percaya, bahwa kasus bom Bali sarat rekayasa dan ada kekuatan asing berada di belakangnya. Banyak pihak yang berkepentingan “menghadirkan bukti” bahwa ada jaringan teroris di Indonesia. Yang menjadi terdakwa: umat Islam. Target: aktivis dakwah pejuang syariat Islam.

Katakanlah “oknum” aktivis Islam benar pelakunya, tapi mengapa mereka mengebom Bali justru saat Indonesia dibombardir isu sebagai sarang teroris? Okelah mereka melakukan jihad karena “kesal” umat Islam terus dizhalimi dan “orang asing” menguasai Indonesia, tapi mengapa ia melakukan pengeboman saat Islam Indonesia disorot dunia dan dikait-kaitkan dengan terorisme? Bukankah aksi itu justru membantu atau menguntungkan AS yang tengah gencar menuduh Indonesia sarang teroris? Bukankah aksi-aksi teror itu kontraproduktif dan hanya membuka ruang bagi “strategi obok-obok” syiar Islam di bumi Indonesia?

Tegasnya, jika “para oknum aktivis Islam” itu berjuang untuk Islam, tidak mungkin mereka melakukan pengeboman justru pada saat citra Islam sedang dipertaruhkan; pada saat sejumlah tokoh Islam diincar Amerika; dan pada saat kalangan Islam menolak habis-habisan propaganda AS tentang terorisme di Indonesia!

Umat Islam patut senantiasalah waspada adanya Operas Northwoods dan aksi penyusupan (strategi infiltasi). Apalagi, konon ada sebuah kekuatan yang bertugas khusus memburukkan citra Islam agar penyerangan terhadap Islam mendapatkan legitimasi. Kekuatan internasional itu antara lain terungkap dalam “bocoran rahasia” analisis Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus Bali. Dalam “Rilis Terbatas” bernomor 01/HUMAS/10-2002 itu disebutkan sebuah organisasi bernama International Islamic Disgrace Movemnent (Gerakan Pembusukan Citra Islam Internasional). Gerakan itu bertujuan mengekalkan dominasi Barat atau Yahudi di dunia. Disebutkan pula, gerakan itu selalu memanfaatkan kelompok “fundamentalis primitif” dan dikelola secara terjadwal dan terorganisasi secara rapi.

“Gembong teroris” Noordin M. Top sudah tewas. Ancaman teror diyakini berkurang karena “sang penyusup dari Malaysia” itu sudah tiada. Namun, umat harus tetap waspada karena operasi serupa Northwoods selalu potensial dijalankan. Selalu ada ujian yang datang melanda; ada perangkap menunggu mangsa. Faidza faraghta fanshab…! Wallahu a’lam. (ASM. Romli/BD).*


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Post a Comment